ANALISIS ASAM AMINO DENGAN METODE ELEKTROFORESIS SDS-PAGE (sodium
dodecyl sulfate – polyacrilamide gel electrophoresis)
Latar Belakang
Dalam protein terdapat 20 asam amino utama yang
berperan sebagai pembangun. Masing - masing asam amino berbeda satu dengan yang
lain pada rantai sampingnya atau gugus R. Asam amino yang dapat disintesis
sendiri oleh makhluk hidup disebut asam amino non-esensial, sedangkan asam
amino yang tidak dapat disintesis sendiri dan harus diperoleh dari makanan disebut
asam amino esensial (Toha, 2001).
Elektroforesis adalah teknik pemisahan
suatu partikel/ spesies/ ion atau partikel koloid berdasarkan kemampuan
berpindah melalui medium konduktif, biasanya berupa larutan bufer, sebagai
respon adanya suatu medan listrik. Secara teknis, elektroforesis merupakan
istilah yang diberikan untuk migrasi partikel yang bermuatan akibat diberikan
arus listrik searah atau DC (Direct Current). Umumnya teknik dari cikal-bakal
elektroforesis digunakan untuk menentukan muatan dari suatu koloid. Teknik
elektroforesis ditentukan oleh ciri molekular ionik dan adanya muatan sebagai
sifat fisik. Arah dan laju pergerakan tergantung pada spot dan intensitas
muatan ionik. Bufer elektroda digunakan untuk konduktor arus dengan menjadi
jembatan konduksi diantara dua elektroda sehingga memungkinkan terjadinya
aliran medan listrik.
SDS-PAGE
(sodium dodecyl sulfate – polyacrilamide gel electrophoresis) adalah
teknik elektroforesis yang sering digunakan dalam analisis protein di
laboratorium. Sempel protein denaturasi (dipanaskan) dan dicampur dengan SDS
(yang merupakan detergen yang anionik) dengan akibat kompleks protein-detergen
itu bermuatan negatif dan protein yang lebih besar menpunyai muatan negatif
yang lebih besar.. Kompleks protein-detergen itu akan dibawa oleh medan listrik
ke arah kutub positif (anoda). Gel akrilamide berfungsi sebagai dasar atau alas
atas gerakan sampel protein. Konsentrasi akrilamide menentukan ukuran pori-pori
gel dan ukuran pori-pori gel menentukan jarak yang ditempuh oleh kompleks
protein-SDS. Jadi berapa faktor harus ditentukan untuk memaksimalkan pemisahan
protein-protein melalui teknik SDS-PAGE (antara lain: kadar SDS, konsentrasi
gel akrilamide dan ukuran gelnya, kemurnian sampel protein dan jumlah sampel
yang diletakkan pada gel; voltage yang digunakan pada alat elektroforesis dan
selama medan listrik dihidupkan).
Analisa
kualitatif protein dapat menggunakan kromatografi ataupun elektroforesis
tergantung pada tujuan analisa. Dalam prakteknya, baik analisa kualitatif
maupun kuantitatif dapat dipakai secara terpisah ataupun dipakai secara
bersamaan dalam suatu rangkaian analisa. Elektroforesis protein gel
poliakrilamida SDS dianggap sebagai prosedur yang lebih baik dibandingkan
dengan metode-metode analisis yang terdahulu terutama karena dapat digunakan
untuk memisahkan jenis-jenis protein, termasuk protein-protein yang tidak larut
dalam air.
Elektroforesis Gel
Poliakrilamid
Elektroforesis merupakan proses bergeraknya molekul
bermuatan pada suatu medan listrik. Kecepatan molekul yang bergerak pada medan
listrik tergantung pada muatan, bentuk dan ukuran. Dengan demikian
elektroforesis dapat digunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein dan
asam nukleat). Posisi molekul yang terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan
pewarnaan atau autoradiografi, ataupun dilakukan kuantifikasi dengan
densitometer.

Gambar 1. Susunan
Elektroforesis
Elektroforesis untuk makromolekul
memerlukan matriks penyangga untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya
panas dari arus listrik yang digunakan. Gel poliakrilamid dan agarosa merupakan
matriks penyangga yang banyak dipakai untuk separasi protein dan asam nukleat.
Elektroforesis yang dibahas di bawah ini menggunakan matriks berupa gel
poliakrilamida (PAGE = poly-acrilamida gel electrophoresis) untuk
separasi sampel protein.
Gel poliakrilamid dalam dibentuk
sebagai silinder dalam tabung atau sebagai lembaran dalam lempengan kaca. Dalam
perangkat elektroforesis, gel diletakkan diantara dua buffer chamber sebagai
sarana untuk menghubungkan kutub negatif dan kutub positif. Orientasi posisi
gel dapat secara vertikal dan horisontal atau disebut sebagai submarine.


Gambar 2. Lempengan kaca pembentuk Gel
Gambar 3. Perangkat elektroforesis
Banyak molekul
biologi bermuatan listrik yang besarnya tergantung pada pH dan komposisi medium
dimana molekul biologi tersebut terlarut. Bila berada dalam suatu medan
listrik, molekul biologi yang bermuatan positif akan bermigrasi ke elektroda
negatif dan sebaliknya. Prinsip inilah yang dipakai dalam elektroforesis untuk
memisahkan molekul-molekul berdasarkan muatannya
.
Protein
merupakan molekul amphoter karena mempunyai gugus amino positif dan gugus
karboksil negatif. Dengan demikian maka protein dapat mengion baik pada pH basa
maupun pH asam. Pada pH rendah, protein bersifat sebagai kation (bermuatan
positif) yang cenderung bergerak ke arah katoda (bermuatan negatif). Pada pH
tinggi, protein bersifat sebagai anion (bermuatan negatif) yang cenderung
bergerak ke arah anoda (bermuatan positif). Nilai diantara kedua pH tersebut
dinamakan titik isoelektrik (isoelectric point atau pI) yaitu nilai pH
dimana protein menjadi tidak bermuatan. Hal ini karena pada pH tersebut jumlah
muatan negatif yang dihasilkan dari proteolisis sebanding dengan jumlah muatan
positif yang diperoleh dari penangkapan proton. Protein yang tidak bermuatan
tidak dapat bergerak pada medan listrik. Hampir semua protein mempunyai pI
kurang dari 8,0. Oleh karena itu, pH bufer elektroforesis berkisar 8 – 9 yang
akan menyebabkan sebagian besar protein bermuatan negatif yang akan bergerak ke
anoda.

Gambar 4. Skema Mekanisme Separasi Protein Berdasarkan
Berat Molekul dengan SDS PAGE
Elektroforesis Gel Poliakrilamid pada Kondisi Disosiasi
Protein dengan
berat molekul besar, protein kompleks atau asam nukleat biasanya
dielektroforesis pada kondisi terdisosiasi yaitu dengan mengganggu struktur
nativenya. SDS merupakan detergen yang mempunyai sifat polar dan nonpolar yang
dapat mengikat protein sedemikian rupa sehingga bagian nonpolar dari SDS
tersembunyi ke dalam bagian nonpolar (hidrofobik) dari protein dan gugus sulfat
dari SDS yang bermuatan negatif berhubungan langsung atau terekspos pada
pelarut.
Berdasarkan
preparasi sampel, elektroforesis dibagi dua yaitu : (1) native atau
nondenaturing atau nondisosiasi PAGE, dan (2) denaturing atau disosiasi atau
SDS-PAGE. Pada sistem native atau nondenaturing PAGE (non-dissociation),
protein diseparasi pada bufer yang mempunyai pI tertentu. Ketika bergerak di
dalam gel, protein tetap berada dalam struktur tiga dimensi (native). Ukuran
suatu protein ditentukan oleh berat molekul, tingkat hidrasi dan bentuknya.
Pada sistem ini, sulit memperkirakan pola migrasi protein. Pada umumnya, sistem
ini hanya dipakai untuk memisahkan sampel dengan berat molekul yang sama
berdasarkan muatannya.
Pada
sistem denaturing, protein dielektroforesis pada bufer yang juga mengandung
detergen ionik SDS. SDS akan mengikat pada bagian hidrofobik dan residu asam
amino sehingga menyebabkan perubahan struktur tiga dimensi protein (menjadi unfolding).
Selain itu, SDS juga menyebabkan seluruh rantai peptida bermuatan negatif
(Gambar 7). Dalam kondisi ini, ukuran protein hanya tergantung pada berat
molekulnya. Kompleks protein-SDS bergerak dalam gel poliakrilamid dengan
kecepatan yang tergantung pada berat molekulnya. Dengan demikian maka, SDS-PAGE
digunakan untuk menentukan berat molekul suatu crude protein.

Gambar
5. Struktur Molekul SDS dan Pengaruhnya
pada Struktur Protein
Pada saat elektroforesis
berlangsung, protein akan bergerak dari elektroda negatif menuju elektroda
positif sampai pada jarak tertentu pada gel poliakrilamid tergantung pada berat
molekulnya. Semakin rendah berat molekulnya maka semakin jauh pula protein
bergerak dengan kata lain mobilitisnya tinggi. Sebaliknya, protein dengan berat
molekul lebih besar akan bergerak pada jarak yang lebih pendek dengan kata lain
mobilitisnya rendah. Berbagai jenis protein pada suatu sampel akan terseparasi
(terpisah-pisah) pada gel poliakrilamida tergantung pada mobilitasnya. Protein
dengan mobilitas tinggi akan berhenti bergerak pada bagian yang lebih bawah
gel, sedangkan protein dengan mobilitas rendah cenderung berhenti bergerak pada
bagian atas gel. Dengan demikian, pada jalur pergerakan protein akan didapatkan
jajaran protein (disebut sebagai band atau pita protein) yang sudah
terseparasi berdasarkan berat molekulnya. Dalam satu sampel protein bisa lebih
dari satu bahkan puluhan band dalam gel poliakrilamida. Dalam kondisi
tidak diwarnai, protein tersebut tidak terlihat karena memang protein dalam
sampel tidak berwarna. Setelah diwarna dengan staining solution yang
mengandung Coomassie brilliant blue R-250, protein yang tidak berwarna tersebut
menjadi berwarna biru karena mengikat Coomassie blue. Dalam kondisi ini kita
bisa mengetahui keberadaan dan mengukur mobilitas protein untuk kemudian
ditentukan berat molekulnya.
Coomassie blue dapat mendeteksi 1-10
g protein dalam satu
band, sedangkan untuk mendeteksi protein dengan kadar yang sangat kecil (10-100
ng) digunakan pewarnaan perak nitrat yang 100 kali lebih peka. Prosedur dan
mekanisme pewarnaan dengan perak nitrat serupa dengan proses cetak foto. Protein
pada gel akan mengkatalis proses reduksi silver halida pada larutan pewarna
menjadi metallic silver yang bisa dilihat.


Gambar
6. Hasil Separasi Protein pada SDS-PAGE
sesudah Diwarnai Coomassie Blue
Pengukuran Berat Molekul Protein Sampel
Elektroforesis
dengan kondisi protein yang sudah terdisosiasi dapat dipakai untuk
memperkirakan berat molekul suatu protein. Berat molekul tersebut dapat
ditentukan dengan mengukur mobilitas molekul protein dalam gel poliakrilamid
(yang mengandung SDS) berdasarkan kurva standar berat molekul dari protein
standart. Protein standar yang diketahui berat molekulnya dapat
dielektroforesis dan mobilitasnya pada gel poliakrilamid dapat diukur.
Mobilitas rate (Mr atau Rf) diukur dengan memakai rumus berikut.


Gambar
7 Estimasi Berat Molekul menggunakan
SDS-PAGE. (A) Separasi Berat Molekul Protein Standar dan Protein Sampel pada 7%
SDS-PAGE. (B) Kurva Kalibrasi untuk Estimasi BeratMolekul.
Protein dengan berat molekul
tertentu mempunyai nilai Rf tertentu pula. Bila dipakai 5 jenis protein standar
dengan berat molekul yang berbeda, maka akan didapatkan 5 nilai Rf yang berbeda
pula. Untuk membuat kurva kalibrasi berat molekul, kelima nilai Rf ini
ditempatkan sebagai sumbu X dan berat molekul (biasanya dinyatakan sebagai
fungsi dari log berat molekul) ditempatkan sebagai sumbu Y. Grafik yang
didapatkan berupa grafik linier dengan persamaan garis y = a + bx. Mobilitas
dari suatu protein (yang belum diketahui berat molekulnya) dapat diukur dengan
rumus di atas dan berat molekulnya dapat dicari dengan mengeplotkan langsung
pada kurva standar berat molekul atau dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan garis dari kurva standar berat molekul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar